Minggu, 23 Mei 2010

RENJATAN HIPOVOLEMI PADA ANAK
Ns.Edy Tahir S, S.Kep
DEFINISI
Renjatan adalah sindroma klinis akibat kegagalan sirkulasi dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan baik pasokan maupun penggunaannya dalam metabolisme seluler. Renjatan hipovolemik terjadi karena berkurangnya volume intravaskular.
Penyebabnya bisa karena kehilangan cairan dan elektrolit (diare, muntah, diabetes mellitus, luka bakar), perdarahan, kehilangan plasma (luka bakar, sindroma nefrotik, demam berdarah dengue).

PATOFISIOLOGI
Bila terjadi hipovolemi maka tubuh akan malakukan kompensasi melalui mekanisme neurohumoral yang akan meningkatkan kemampuan kardiovaskuler sehingga tekanan darah bisa dipertahankan. Akibat kompensasi ini maka terjadi takikardia, vasokonstriksi, penyempitan tekanan nadi, akral dingin dan penurunan produksi urin.

MANIFESTASI KLINIS
Tergantung pada : penyakit primer penyebab renjatan, kecepatan dan jumlah cairan yang hilang, lama renjatan serta kerusakan jaringan yang terjadi, tipe dan stadium renjatan.
Secara klinis perjalanan renjatan dapat dibagi dalam 3 fase yaitu fase kompensasi, dekompensasi, dan ireversibel.

Tanda klinis Kompensasi Dekompensasi Ireversibel
Blood loss ( % ) Sampai 25 25 - 40 > 40
Heart rate Takikardia + Takikardia ++ Taki/bradikardia
Tek. Sistolik Normal Normal/menurun Tidak terukur
Nadi ( volume ) Normal/menurun Menurun + Menurun ++
Capillary refill Normal/meningkat 3-5 detik Meningkat > 5detik Meningkat ++
Kulit Dingin, pucat Dingin/mottled Dingin+/deadly pale
Pernafasan Takipneu Takipneu + Sighing respiration
Kesadaran Gelisah Lethargi Reaksi – / hanya bereaksi
terhadap nyeri

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Hb dan hematokrit : meningkat pada hipovolumi karena kehilangan cairan atau plasma
2. Urin : produksi urin menurun, lebih gelap dan pekat, BJ meningkat > 1,020
3. Pemeriksaan gas darah
4. Pemeriksaan elektrolit serum
5. Pemeriksaan fungsi ginjal
6. Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan hanya pada penderita yang dicurigai
7. Pemeriksaan faal hemostasis.
8. Pemeriksaan-pemeriksaan lain untuk menentukan penyakit penyebab.
Readmore
TATALAKSANA
Bebaskan jalan nafas, oksigen 100%.
Infus RL atau koloid 20 ml/kg BB dalam 10-15 menit, dapat diulang 2-3 kali. Bila akses vena sulit pada anak balita bisa dilakukan akses intraosseous di pretibia. Pada renjatan berat pemberian cairan bisa mencapai > 60 ml/kg BB dalam 1 jam. Bila resusitasi cairan sudah mencapai 2-3 kali tapi respon belum adekuat, maka dipertimbangkan untuk intubasi dan bantuan ventilasi. Bila tetap hipotensi sebaiknya dipasang kateter tekanan vena sentral (CVP).
Inotropik, indikasi : renjatan refrakter terhadap pemberian cairan, renjatan kardiogenik.
Dopamin : 2-5 µg/kg BB/ menit.
Epinephrine : 0,1 µg/kg BB/ menit IV, dosis bisa ditingkatkan bertahap sampai efek yang diharapkan, pada kasus-kasus berat bisa sampai 2-3 µg/kg BB/ menit.
Dobutamin : 5 µg/kg BB/ menit IV, ditingkatkan bertahap sampai 20 µg/kg BB/ menit.
Norepinephrine: 0,1 µg/kg BB/ menit IV, dapat ditingkatkan sampai efek yang diharapkan.
4. Kortikosteroid :
Kortikosteroid yang diberikan adalah hidrokortison dengan dosis 50 mg/kg BB IV bolus dilanjutkan dengan dosis yang sama dalam 24 jam secara continous infusion.

KOMPLIKASI
Gagal ginjal akut
ARDS (acute respiratory distress syndrome/shock lung)
Depresi miokard-gagal jantung
Gangguan koagulasi/pembekuan
SSP dan Organ lain
Evaluasi gejala sisa SSP sangat penting, mengingat organ ini sangat sensitif terhadap hipoksia yang dapat terjadi pada renjatan berkepanjangan.
Renjatan irreversible.
Renjatan T Nadi cepat-lemah
Akral dingin
Capillary refill time > 3 dtk
Kesadaran

A B C
RL/Kolloid 20 ml/kg BB/10 menit
Dapat dinaikkan sp mencapai
60 ml/kgBB dalam 1 jam
Koreksi hipoglikemi,hipokalsemia


Respon - ( Fluid refractory shock )

Respon + Pasang CVP
Dopamin
T normal
Capillary refill < 2 dtk Urine > 1 ml/kg/jam
Akral hangat Respon -

Fluid refractory - Dopamin resistant shock
Epinephrine
Observasi I C U Norepinephrine
Vasodilator
SaO2
Glukosa darah, Ca++
Gas darah Cathecolamine resistance shock
ECG monitor

Resiko insufisiensi Adrenal + Resiko insuf Adrenal -

Hidrokortison + Hidrokortison -

KEPUSTAKAAN
Kline JA. Shock. In: Marx JA, Hockberger RS, Wall RM eds. Rosen’s Emergency Medicine : Concepts and clinical practice 5th ed.St Louis : Mosby, 2002; 34-47.
Wetzel R C . Shock. In : Rogers MC, ed. Textbook of Pediatric Intensive Care. Baltimore : William & Wilkins, 1996 : 555-605.
Advance pediatric life support, the practical approach : shock (chapter 10) 2nd ed. Advance life support group, BMG Publisher, London, 1997.
Sendel J, Scherung A, Salzberg D. Shock. In : Crain EF, Gershel JC. Clinical Manual of Emergency Pediatrics, 4th ed. NewYork : McGraw-Hill, 2003; 18-22.
Gould SA, Sehgal LR, Sehgal HL, Moss GS. Hypovolemic shock. Crit Care Clin 1993; 9 (2) : 239-49.
Carcillo JA. Management of pediatric septic shock. In : Holbrook PR.ed. Textbook of pediatric critical care. Philadelphia : WB Saunders, 1993; 114-42.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar